PHK Massal Jelang Lebaran! Yamaha dan Pabrik Sepatu Pangkas Ribuan Karyawan
- account_circle Info Cikarang
- calendar_month Sab, 8 Mar 2025
- comment 0 komentar

PHK Massal di Yamaha dan Sanken Cikarang. /Foto: Istimewa
INFO CIKARANG – Menjelang Lebaran, kabar duka datang dari sektor manufaktur di Indonesia. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terjadi di beberapa pabrik besar, termasuk PT Yamaha Music Product Asia di Bekasi dan dua pabrik sepatu di Tangerang.
Salah satu yang terdampak adalah PT Yamaha Music Product Asia, pabrik piano yang berlokasi di kawasan MM2100, Cikarang, Bekasi. Perusahaan ini mengumumkan akan menutup pabriknya pada akhir Maret 2025, berdampak pada 200 karyawan yang kehilangan pekerjaan.
Penutupan ini disebabkan oleh menurunnya jumlah pesanan, sehingga produksi dialihkan ke China dan Jepang. Keputusan ini diambil untuk menghindari kerugian, mengingat biaya produksi di Indonesia semakin tinggi dibandingkan negara lain.
Selain Yamaha, dua pabrik sepatu di Kabupaten Tangerang, Banten, juga melakukan PHK besar-besaran. PT Adis Dimension Footwear memangkas sekitar 1.500 pekerja, sedangkan PT Victory Ching Luh Indonesia merumahkan 2.000 karyawan.
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (APRISINDO), Yoseph Billie Dosiwoda, membenarkan kabar ini. Ia menjelaskan bahwa penurunan pesanan dan tingginya biaya upah sektoral serta UMR menjadi penyebab utama perusahaan terpaksa merampingkan tenaga kerja.
Industri Manufaktur Tertekan, Perusahaan Kesulitan Bertahan
PHK massal ini bukan keputusan yang diambil secara tiba-tiba. Sejak November 2024, industri manufaktur telah mengalami fluktuasi pesanan ekspor yang cenderung menurun. Di sisi lain, biaya produksi, termasuk gaji pekerja, terus meningkat.
APRISINDO menyebutkan bahwa perbedaan regulasi upah antar daerah juga menjadi tantangan bagi industri sepatu. Banyak perusahaan kesulitan memenuhi kewajiban pembayaran gaji ketika pesanan tidak stabil.
Namun, meskipun terjadi PHK massal, kedua pabrik sepatu di Tangerang tidak menutup operasionalnya. Mereka tetap beroperasi dengan jumlah pekerja yang lebih sedikit, sembari mencari solusi agar tetap bisa bertahan di tengah kondisi ekonomi yang sulit.
Gelombang PHK ini menjadi peringatan bagi sektor industri di Indonesia. Jika situasi ini terus berlanjut, bisa berdampak pada angka pengangguran yang meningkat serta berkurangnya daya beli masyarakat.
APRISINDO berharap pemerintah, terutama Kementerian Tenaga Kerja dan Disnaker Provinsi, dapat mencari solusi terkait kebijakan pengupahan agar tetap kompetitif dan tidak memberatkan industri.
Dengan regulasi yang lebih fleksibel dan kondisi ekonomi yang lebih kondusif, diharapkan sektor manufaktur dapat bertahan dan menghindari PHK lebih lanjut di masa depan.*
- Penulis: Info Cikarang

Saat ini belum ada komentar