Empat Emiten Dinilai Paling Siap Mengeksekusi Proyek PSEL
- account_circle Info Cikarang
- calendar_month Sen, 20 Okt 2025
- comment 0 komentar

Pantauan Udara TPA Burangkeng/ Foto: Ali /Info Cikarang
INFO CIKARANG – Elemen asing mulai bidik proyek Pengolahan Sampah Energi Listrik (PSEL) Danantara atau Waste to Energy (WTE).
Chief Executive Officer (CEO) Danantara, Rosan P. Roeslani, mengungkap telah mengantongi deretan investor asing. Dia mengemukakan sejumlah negara besar, mulai dari Jepang hingga Belanda, ikut tertarik untuk terlibat dalam pengembangan proyek tersebut.
“Besar-besar sih, boleh saya bilang pernah ikut semua ya, baik dari Jepang, dari China, dari Belanda, dari Jerman, dari Singapura, mereka yang besar-besar ikut,” kata Rosan, kemarin di Jakarta.
Danantara mencatat setidaknya terdapat 107 badan usaha yang mendaftarkan diri untuk ikut serta dalam proyek PSEL. Sebanyak 53 di antaranya merupakan badan usaha dalam negeri, sementara 54 lainnya dari luar negeri.
Rosan, menyebutkan bahwa badan usaha terpilih nantinya akan diperkenankan membentuk konsorsium dalam mengeksekusi proyek tersebut. Proyek PSEL sendiri bakal dikembangkan di 33 titik di seluruh Indonesia. Tetapi 10 titik yang dinilai telah siap akan diprioritaskan sebagai lokasi pengembangan pada tahap awal.
“Hasil dari assessment-nya, dari analisis dan evaluasinya dari Kementerian Lingkungan Hidup itu saat ini ada 10 daerah yang sudah siap,” tambahnya.
Kesepuluh titik itu tersebar di Tangerang, Bekasi, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Bali, dan Makassar.
“Sepuluh lokasi itu, siap dari sampahnya, kebutuhan sampahnya di mana, karena minimum adalah 1.000 ton per hari, siap dalam arti kata lahannya, dan juga siap dalam arti kata investasi rupanya termasuk air,” papar Rosan.
Diketahui, sebanyak 120 Perusahaan Antre Ikut Lelang 10 Proyek Pembangkit Sampah Beleid ini yang akan menjadi landasan proyek PSEL, termasuk mengatur wewenang Danantara di dalamnya. Danantara dapat memilih BUPP PSEL, baik melalui tender maupun dalam keadaan tertentu bisa melakukan penunjukan langsung. Pemilihan BUPP PSEL yang dilakukan oleh Danantara diikuti oleh peserta (tender) yang memenuhi kriteria paling sedikit adalah memiliki teknologi PSEL yang teruji dan termutakhir, memiliki kemampuan keuangan dan memenuhi kewajiban investasi, dan memiliki pengalaman dalam Pengolahan Sampah menjadi Energi Terbarukan Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan (PSE) dan memenuhi seluruh ketentuan dan standar yang berlaku.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2025 tentang Penanganan Sampah Perkotaan Melalui Pengolahan Sampah Menjadi Energi Terbarukan.
“Dalam keadaan tertentu, pemilihan BUPP PSEL dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan mekanisme penunjukan langsung,” tulis Pasal 15 ayat 2 Perpres tersebut.
Meski Rosan belum membocorkan nama-nama entitas asing yang terlibat PSEL, animo dari emiten dalam negeri mulai terlihat jelas. Dalam hal ini, empat emiten dinilai menjadi yang paling siap untuk mengeksekusi proyek PSEL. Head of Investment Information Team Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina menjabarkan keempat emiten tersebut adalah PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA), PT Maharaksa Biru Energi Tbk. (OASA), PT Multi Hanna Kreasindo Tbk. (MHKI), dan PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk. (BIPI).
“Kemarin memang kami lihat ada tiga emiten, TOBA, OASA dan MHKI. Tetapi belakangan ini dalam 2 minggu terakhir tiba-tiba ada berita bahwa BIPI yang biasanya di migas, masuk ke waste to energy dan punya target proyek sekitar US$300 juta–US$350 juta. Jadi sekarang pemainnya ada empat,” ujar Martha dalam Morning Meeting, dikutip Kamis (16/10/2025).
Martha mencatat TOBA telah menambah portofolio mereka di sektor WTE setelah mengakuisisi perusahaan pengelolaan limbah, Sembcorp Environment dengan nilai Rp4,77 triliun pada Maret 2025. Di sisi lain, unit usaha pengelolaan limbah TOBA telah membukukan pendapatan sebesar US$59,6 juta dengan EBITDA mencapai US$10 juta hingga akhir Juni 2025. Namun, Martha memaparkan bahwa Danantara telah menyatakan belum ada kesepakatan dengan TOBA untuk bisnis sektor WTE atau waste management. Sementara bagi OASA, perseroan akan melakukan private placement untuk mendanai proyek PSEL di Tangerang Selatan dengan kapasitas pengolahan 1.100 ton sampah.
Proyek PSEL ini digarap OASA bersama mitra China Tianying dengan investasi sebesar Rp2,65 triliun. Bila beroperasi, PSEL ini akan menghasilkan energi berkapasitas 19,6 megawatt (MW). OASA juga memiliki proyek PSEL di Jakarta Barat. “Jadi [OASA] ini yang punya start lebih dulu dari WTE ini, karena dengan adanya Perpres, ini kemudian akan masuk ke tender di berbagai provinsi. (Red)
- Penulis: Info Cikarang

Saat ini belum ada komentar