
INFO CIKARANG – Musim hujan telah tiba, dan Kabupaten Bekasi mulai mempersiapkan diri menghadapi potensi inflasi yang mungkin terjadi akibat cuaca ekstrem. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Bekasi sudah mengambil langkah antisipatif untuk menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok, seperti cabai dan bawang, yang rentan terdampak perubahan cuaca.
Kepala Bagian Perekonomian Setda Kabupaten Bekasi, Muhamad Ridwan, mengungkapkan bahwa salah satu tantangan terbesar musim hujan adalah potensi lonjakan harga kebutuhan pokok. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya hasil panen di daerah produsen serta terganggunya pengiriman barang akibat cuaca buruk.
Ridwan ketika rapat di Command Center Diskominfosantik, Cikarang Pusat, menyampaikan bahwa kondisi cuaca sangat memengaruhi proses pengiriman dan panen. Oleh karena itu, koordinasi dengan daerah penghasil seperti Garut dan Subang menjadi fokus di awal tahun 2025.
Menurut Ridwan, upaya ini tidak hanya bertujuan menjaga ketersediaan barang, tetapi juga memastikan masyarakat dapat mengakses kebutuhan pokok dengan harga yang wajar.
Untuk mencegah lonjakan harga, TPID Kabupaten Bekasi memperkuat hubungan dengan Garut dan Subang, dua daerah utama penghasil komoditas seperti cabai dan bawang. Langkah ini diharapkan mampu menjaga pasokan barang tetap lancar meskipun kondisi cuaca tidak mendukung.
Selain itu, TPID juga mempersiapkan langkah mitigasi lain untuk menjaga stabilitas harga menjelang momen besar seperti Idul Fitri dan Natal. Komoditas yang kerap mengalami kenaikan harga, seperti daging ayam, telur, dan cabai, menjadi perhatian utama.
Optimisme Hadapi Tantangan
Dengan strategi ini, TPID Kabupaten Bekasi optimistis dapat meminimalkan dampak inflasi akibat musim hujan. Dia menyatakan, pihaknya pun berkomitmen menjaga ketahanan pangan dan stabilitas harga agar masyarakat tetap dapat memenuhi kebutuhan pokoknya tanpa tekanan lonjakan harga.
“Karena itu kita fokus memperbanyak koordinasi dengan daerah penghasil barang kebutuhan pokok, seperti cabai dan bawang agar tidak terjadi lonjakan harga atau kelangkaan barang di pasar,” katanya.
Langkah antisipatif ini diharapkan menjadi solusi efektif untuk menghadapi tantangan ekonomi yang sering kali datang bersamaan dengan cuaca ekstrem.*